Dua hari lalu Indonesia merayakan Hari Anak Nasional tepatnya pada 23 Juli. Well, sebagai seorang yang pernah terjun ke dunia pendidikan anak, saya ingin berbagi mengenai sebuah metode pendidikan yang cukup sering didengar beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Metode tersebut adalah Metode Montessori.
Montessori pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter bernama Maria Montessori pada tahun 1907 (cukup tua memang). Metode ini kini banyak diterapkan di sistem belajar anak-anak usia pra sekolah. Walaupun pada kenyataannya metode Montessori bisa diterapkan sejak anak lahir hingga usia 18 tahun (walaupun aslinya Maria Montessori hanya dapat membuat transkripnya sampai anak usia 12 tahun karena beliau keburu meninggal). Maria Montessori meyakini bahwa semua anak dilahirkan dengan potensi yang luar biasa, dimana potensi ini hanya akan berkembang apabila orang dewasa yang mengasuhnya memberikan stimulasi yang tepat pada umur-umur pertumbuhan anak tersebut. Stimulasi tersebut berkaitan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah Metode Montessori ini lebih mudah diterapkan.
Pertama kali saya mengenal nama Montessori adalah dari tempat saya bekerja waktu itu, sebuah lembaga pendidikan anak-anak usia dini. Ketika itu saya diminta untuk menggantikan salah satu guru yang akan resign, guru tersebut mengajarkan kelas untuk anak-anak usia diatas 3 tahun. Setelah beberapa kali saya mendampingi guru tersebut di dalam kelas akhirnya saya dipanggil oleh atasan saya untuk mengikuti pelatihan ‘kilat’ untuk Montessori. Ya, perusahaan tempat saya bekerja itu adalah satu-satunya pemegang lisensi pelatihan Montessori di Indonesia. Jika pre school lain harus membayar untuk mengikuti pelatihan Montessori, saya sebagai karyawan disana mendapatkan secara gratis. Hehehe…namun karena saat itu bisa dibilang sedang darurat karena harus segera turun mengajar, jadilah waktu yang seharusnya ditempuh selama 2 minggu pelatihan harus saya tempuh selama 1 minggu.
Dalam pelatihan tersebut saya mendapatkan banyak ilmu mengenai metode Montessori dan saya langsung menyukai metode tersebut. Selain karena sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari tapi juga karena tujuan metode ini adalah membuat anak untuk lebih mandiri. 3 hari pertama saya masi melakukan observasi kelas, 4 hari selanjutnya saya sudah harus turun mengajar kelas yang tidak hanya mengajarkan metode Montessori tapi juga pengenalan huruf pada anak dengan Metode Letterland (mungkin akan saya bahas lagi di lain judul).
Kedua metode ini sangat berguna bagi anak-anak. Metode Montessori ini memacu perkembangan fisik, sosial, emosional dan Intelektual anak. Ketika sebagian besar para pendidik menitikberatkan pada kurikulum dan aktivitas pendukungnya seperti keharusan
anak didik mengerjakan soal-soal ujian (materi) berdasarkan usia kronologis tertentu tanpa
mempedulikan tahap perkembangan individu anak, Montessori muncul sebagai metode yang lebih membuat anak nyaman ketika belajar. Inilah yang membuat saya mendukung metode tersebut.
Gerakan, sejak lahir hingga 1 tahun. Saat ini anak belajar meraih, menyentuh, memutar, menyeimbangkan diri, merangkak, dan berjalan.
Bahasa, sejak lahir hingga 6 tahun. Diawali dengan celotehan dan suara-suara,lalu berkembang jadi kata, frasa lalu kalimat.
Benda kecil, usia 1 hingga 4 tahun. Tahap ini anak akan menyukai benda-benda kecil/detail karena koordinasi mata dan tangannya sudah lebih akurat.
Keteraturan, usia 2 hingga 4 tahun. Di sini anak mulai mencintai rutinitas dan keinginan akan konsistensi dan pengulangan.
Musik, usia 2 higga 6 tahun. Jika anak terbiasa mendengar musik, di tahap inilah anak secara spontan akan tertarik pada perkembangan nada, ritme, dan melodi.
Masalah toilet, usia 18 bulan hingga 3 tahun. Usia ini sistem saraf berkembang lebih baik dan terintegrasi, hingga toilet training bisa dilakukan di rentang usia ini.
Keramahan dan sopan santun, usia 2 hingga 6 tahun. Anak-anak adalah peniru ulung, mereka suka meniru sopan santun dan hal ini akan membentuk karakter kepribadian di masa depannya.
Indra, usia 2 hingga 6 tahun. Indra manusia dimulai sejak lahir, tapi dari usia 2 tahun anak sudah bisa takjub dengan pengalaman indranya sendiri (rasa, suara, sentuhan, dan bau).
Menulis, usia 3 hingga 4 tahun. Montessori meyakini bahwa kemampuan menulis muncul lebih dulu daripada membaca yang diawali dengan usaha meniru huruf atau angka.
Membaca, usia 3 hingga 5 tahun. Montessori melihat bahwa anak-anak menunjukkan ketertarikan spontan pada simbol dan suara yang mereka hasilkan.
Hubungan ruang, usia 4 hingga 6 tahun. Di usia ini biasanya anak tertarik dengan puzzle atau Lego.
Matematika, usia 4 hingga 6 tahun. Rentang usia ini anak dalam masa peka terhadap jumlah dan angka.
Montessori tidak hanya melulu mengajarkan tentang matematika, bahasa, fisika atau geografi, namun anak juga diperkenalkan dengan Practical Life atau kehidupan sehari-hari. Montessori mengajarkan bagaimana seorang anak memindahkan air dari wadah jug ke gelas. Sepele memang, namun berdampak besar bagi pertumbuhan anak. Sensorial mengajarkan anak mengenai indera mereka, baik dari indera perasa (membedakan rasa) hingga indera peraba (menyentuh ampelas/sandpaper untuk mengetahui perbedaan ketebalan masing-masing dan perkenalan huruf).
Setelah melewati masa pelatihan, tugas saya tidak langsung selesai untuk mengajar. Saya diharuskan melengkapi perlengkapan Montessori yang sesuai standar yang diberikan. Salah satu contohnya adalah saya diharuskan membuat Dressing Frames sebanyak 12 buah yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Saya masih ingat betul saya memesan 12 pigura berukuran 30x30cm dan meminta pakaian bekas dari keluarga saya untuk membuat ke-12 Dressing Frames tersebut.
Tak hanya itu, untuk geografi pada montessori, saya dipaksa untuk mengingat kembali pelajaran waktu SD dulu bagaimana membedakan Land and Water Form. Saya baru sadar apa arti semenanjung dari membuat kartu Land and Water Form tersebut. Hahaha…
Ya, Montessori sangat luas jika dipelajari lebih dalam lagi. Saya sendiri berniat untuk menerapkan metode ini pada anak-anak saya kelak. Atau jika saya suatu saat ingin mendaftarkan anak saya ke sebuah preschool berbasis Montessori, setidaknya saya bisa menilai sejauh mana mereka mengajarkan kepada anak saya. Hehehe…Terlepas dari kelebihan dan kekurangan (lebih cocok untuk penggunaan bahasa inggris) metode Montessori, silakan orang tua masing-masing yang memutuskan metode pendidikan. Sampai disini dulu tulisan saya, terima kasih sudah membaca. Cheers!
Ps: Alat-alat Montessori bisa dibuat sendiri dirumah loh…untuk beberapa contohnya bisa googling gambarnya, sedangkan untuk bahan-bahan yang menggunakan Flash Card bisa dilihat dan diunduh di Montessori For Everyone .
Regards,
FubuFebi