Saya lagi rajin-rajin menggali informasi mengenai Food Photography dan Food Styling. Sebenarnya ‘hobi’ mengabadikan makanan saya dalam bentuk foto ini sudah saya lakukan sejak lama,tapi sempat saya hentikan karena ‘malu’ dengan trend mem-foto makanan ketika di public restaurants. Ga tau yah, dulu sih saya suka foto sesuatu atau sebuah pemandangan di sekitar saya. Ketika traveling pun begitu, saya ga akan mengangkat kamera handphone saya kalau saya tidak merasa yakin dengan angle dan hasil foto yang akan saya ambil. Pokoknya kalau liat sesuatu yang menarik perhatian mata saya, saya pasti langsung mikir ‘bagus juga ini kalo diambil dari sisi sini’ atau ‘ini sih mesti di zoom supaya bagus’. Iyah, itu yang bermain di otak saya. Gimana caranya menghasilkan foto bagus, bukan sekedar pamer ada dimana. Mungkin juga ini karena masih ada sisa-sisa memori pekerjaan lama saya sebagai grafik desainer yang mesti mikirin dari angle mana supaya fotonya bagus. Atau juga dari sisa-sisa memori mata kuliah basic photography waktu di kampus LSPR dulu (please, jangan tanya saya batch berapa. Nanti ketahuan umurnya… “-_-). Atau juga, pengaruh gak langsung dari pasangan saya yang juga mendalami seni photography. Banyaklah pengaruhnya.
Dari sekilas cerita di atas, emang bisa keliatan kalau saya punya banyak alasan memilih untuk mendalami Seni Fotografi. Dan sekarang makin bertambah lagi alasannya: bisa bikin makanan sendiri. Yup, setelah bisa bikin makanan sendiri, saya punya alasan untuk mengabadikan makanan yang sudah saya buat. At least tereliminasi-lah cercaan orang yang bilang ‘sebelum makan itu berdoa, bukan foto’ (yang masih suka bilang gini sih pasangan saya). Maksudnya sih, yah itu kan makanan bikinan saya, mau diapa-apain kan terserah saya. Lagipula, saya mau nyimpen semua memori masakan-masakan apa yang sudah saya buat sendiri. Nah dari sinilalh keinginan untuk mem-foto makanan itu balik lagi. Gimana caranya menghasilkan foto makanan yang bagus.