Hello, udah lama yah ga nulis lagi di blog ini. Abis ‘diberesin’ sama suami saya, akhirnya bisa balik lagi deh nulis. Hehe… Kali ini, sesuai judul saya mau cerita soal eksim dishidrotik yang sudah saya idap sejak 2019 lalu. Kalau mau tahu asal muasal ceritanya bisa dibaca disini ya. Sedangkan cara saya ‘berdamai’ dengan eksim tersebut, ceritanya ada disini.
Nah, sejak cerita terakhir yang hidup berdamai dengan eksim, saya cukup sibuk dengan kehidupan saya. Mulai dari pindah rumah, buka usaha, sampai balik lagi tinggal di tempat sekarang. Si eksim itu masih come and go di jari saya. Udah ganti-ganti sabun, pakai produk organik, sampai ke psikolog buat ngurangin stres tapi tetep aja si eksim eksis di jari. Sampai akhirnya, suami saya punya kenalan dokter THT yang punya kenalan dokter kulit yang berpraktek di daerah tebet. Sebenernya sih saya sudah ada dokter kulit (SPKK) langganan sejak dulu sama nyokap. Cuma karena waktu awal nikah pernah periksa ke beliau, dikasih obat dan salep tapi ga membaik, akhirnya saya stop ke beliau. Barulah tahun 2023 mau coba ke dokter kulit lagi. Ga ada alasan apa-apa sih.
Singkat cerita, saya datang ke Klinik Sakti Medika untuk ketemu dr. R. Amanda Sumantri, SpKK, FINSDV. setelah konsul, sama seperti dokter kulit saya dulu yang bilang karena stress dan penggunaan bahan kimia yang engga cocok buat kulit tangan saya. Akhirnya diresepkan salep oles racikan dan moisturizer yang dipakai setelah mandi. Setelah 2 minggu pemakaian salep dan moisturizer sesuai anjuran dokter, perlahan membaik kondisi kulit jari-jari saya yang eksim. Si bintil-bintil berisi air yang bikin jari saya gatel pelan-pelan mengering. Kemudian jari manis tangan kirir saya yang selama eksim warnanya menggelap (karena ada inflamasi) pelan-pelan mulai kembali ke warna kulit saya yang awal, sama dengan warna jari lain. Berapa lama proses penyembuhannya? Kurang lebih 3 bulan sampai jari-jari saya yang terkena eksim bebas dari rasa gatal dan bekas eksim.
Obatnya? Naaaahhh, saya cuma bisa share moisturizer yang dikasih dokter kulit di Klinik Sakti Medika.
Cream ini bener-bener
Cream ini adalah pelembab yang selalu ada di dalam tas saya. Setiap saya habis mandi, urutannya adalah salep dokter kemudian baru pelembab ini. Pelembab ini ekstra banget ngelembab-in, makanya habis pakai langsung berasa licin tuh jari-jari. Kalo kata dokter Amanda, kulit tangan saya itu udah terkikis kelembabannya makanya gampang banget muncul si eksim itu. Makanya disarankan sama dokter Amanda, setiap tangan habis dicuci atau habis mandi, pakai pelembab ini. Untuk melapisi dan melindungi sekaligus merangsang terbentuknya ceramide secara alami di dalam tubuh. Karena di artikel saya yang berjudul berdamai dengan eksim itu, saya bilang kan saya ga suka banget pakai pelembab dan udah ga mau pakai salep dokter, tapi demi kesembuhan saya harus melakukan 2 hal tersebut. Salep dokter memang membantu pada saat gatal-gatalnya menyerang. Tapi Ceradan ini yang membantu untuk mengembalikan ceramide di badan kita buat melembabkan kulit. Dan ceramide adalah kunci mengobati eksim.
Sudah hampir setahun saya berhenti memakai salep dokter tapi tetap menggunakan Ceradan sebagai pelembab tangan saya. Kenapa ga coba pelembab lain? Sudah pernah, tapi memang tidak sedahsyat Ceradan untuk soal kelembabannya buat saya. Saya ga di endorse ataupun dibayar buat promosiin pelembab ini. Ini sih cuma buat sharing dan semoga bisa membantu teman-teman diluar sana yang masih berjuang mengobati Eksim. Mungkin bisa jadi teman-teman menemuka pelembab lain yang ternyata cocok dan bisa membantu mengobati Eksimnya, boleh banget sharing ke sini. I hope this post will help you who still battling with Eczema. Sehat-sehat yah kita semuaaaa…
NB: Saya biasa beli Ceradan Skin Barrier Cream disini Murah dan terpercaya.